SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA Kuli Tinta Ngeblog: Wahyu, Penderita Penyakit Hydrocepallus

Senin, 26 Januari 2009

Wahyu, Penderita Penyakit Hydrocepallus


Karena Faktor Ekonomi, tak Bisa Dirujuk ke Makassar

MALANG nasib yang dialami Wahyu (5). Disaat anak-anak seusianya bermain riang, dia hanya bisa terbaring sakit di rumahnya di Desa Kalukubula Kecamatan Boromaru. Wahyu adalah salah satu anak yang menderita penyakit hydrocepallus atau kepala membesar yang belum mendapat perawatan karena kekurangan biaya.

Ayahnya, Pian (28) saat ditemui di rumahnya menuturkan anaknya mulai terindikasi hydrocepallus saat istrinya, Sumiati (29) melahirkan anak kembar, 26 Maret 2003. Salah satu dari anak kembarnya meninggal dunia karena kekurangan cairan. Melihat anaknya yang meninggal karena kekurangan cairan, Wahyu juga dibawa ke rumah sakit Undata Palu. Dokter menyatakan Wahyu menderita kekurangan cairan.

Setelah 15 hari dirawat di rumah sakit, ia dianggap sembuh oleh orang tuanya. Wahyu akhirnya dipulangkan ke rumah. Namun belum sepekan, anak ini di rumahnya, ia sakit lagi. Akhirnya ia kembali dirujuk ke rumah sakit Undata lagi. Tapi dokter menyatakan Wahyu kelebihan cairan.
“Waktu kami bawa dia ke rumah sakit untuk yang kedua kalinya, ternyata dia kelebihan cairan,” Kata Pian.

Setelah lama anak ini RS, akhirnya orang tuanya mengembalikannya ke rumahnya karena Pian yang berprofesi sebagai sopir angkot tidak mampu lagi membiayai perawatannya di rumah sakit.
Ketika di rumahnya, selama satu tahun lebih Wagyu terus menderita sakit. Disinilah awal mulanya, kepala Wahyu mengalami perubahan.

Melihat gejala ini, Pian melarikan anaknya ke Puskesmas Biromaru. Namun, puskesmas meminta Pian untuk merujuk anaknya kembali Ke RS Undata. Akhirnya, tahun 2006, di RS Undata anaknya divonis penyakit Hydrosopalus. Melihat penyakit yang diderita Wahyu, RS Undata meminta Pian untuk merujuk anaknya ke RS Wahidin, Makassar.

Karena pendapatan sebagai sopir angkut barang, Pian tidak mampu membiayai pengobatan anaknya apalagi harus merujuk ke Makassar. Dengan pasrah Pian merawat sendiri anaknya.
Pian mengungkapkan, pernah suatu saat ia mendengar informasi bahwa di RS Donggala, terdapat lima tenaga medis dari Makassar yang akan melakukan operasi gratis. Namun pada saat ia mendaftarkan anaknya, harapannya untuk dapat menyembuhkan Wahyu dari penyakit ini pupus, karena tenaga medis hanya membatasi lima pasien saja.

“Pas saya daftarkan anakku di rumah sakit, eh ternyata sudah tidak bisa. Karena sudah lebih orang yang mendaftar,” ujarnya.

Pian mengenang, saat umur Wahyu masih dua tahun, anak ini masih bisa merangkak, bahkan bisa menaiki pondasi yang ada di luar rumahnya. Namun saat ini Wahyu hanya bisa tergolek sakit di kasur.

Pian berharap suatu saat anaknya bisa sembuh dan merasakan dunia sebagaimana layaknya anak umur 5 tahun lainya. Jika ada donatur Pian juga sangat berterimakasih.
“Saya cuma bisa baharap kalau suatu saat anakku bisa sembuh dari penyakitnya, kalau ada yang bantu so basyukur sekali,” kata Pian lagi. (nanang)

Tidak ada komentar:

TERIMAKASIH TELAH MEMBACA BLOG SAYA