SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA Kuli Tinta Ngeblog: Neneng, Penderita Atresiani Alias Tampa Anus, Selaksa Harapan Indahnya Hidup

Kamis, 18 Desember 2008

Neneng, Penderita Atresiani Alias Tampa Anus, Selaksa Harapan Indahnya Hidup



Neneng (6) penderita Atresiani atau Tampa Anus, warga Jalan Nenas Palu, tampak ia malu-malu, namun dengan senyum mengembang di bibir mungilnya, Ia seakan menyambut Media Alkhairaat, Ahad (14/12) malam. Saat Media Alkhairaat meminta untuk memperelihatkan ‘anusnya’, jari-jari kecilnya mengangkat bagian tepi bawah bajunya, ia menunjukkan perutnya yang diberi kantongan plastik kresek gula.
Sesaat kemudian anak ke delapan dari pasangan Nurman (42) dan Lilis (39) ini meninggalkan Media Alkhairaat dan ibunya, berlari mengejar anak-anak sebayanya. Kemudian ia kembali lagi, bersama kakak dan adiknya berebut sepeda kumal adiknya.
Di usianya yang masih kecil, ia bukan hanya menaggung derita penyakitnya, namun pada masa masa kecil ini ia juga dikucilkan. “Kadang dia diusir sama teman-temannya, kasihan dia, dia kadang dibilang bau sama teman-temannya,” kata Lilis, ibunda Neneng.
Meski tidak pernah mengeluh sakit dengan anus buatan, namun Neneng sering menangis karena ditolak dari kehidupan teman sebayanya. Bahkan, keinginan untuk bersekolah juga hanya bisa dipendam. “Padahal Kakaknya dulu umur 6 tahun sudah sudah kelas dua,” kata Ibunya.
Neneng hampir 4 bulan yang lalu, dioperasi di RS Anutapura Palu, untuk memasang anus buatan. Anus buatan ini sifatnya hanya sementara, dalam waktu 6 bulan ia harus mengganti anusnya menjadi anus permanen.
Sedangkan untuk anus permanen, ia harus melakukan operasi di RS Dr Wahidin Makassar. Namun, hidup Neneng seakan mengalami penderitaan tanpa batas waktu. Selain tak memiliki anus sejak lahir, harapannya untuk sembuh seakan pupus, tatkala keluarga ini tak masuk dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas).
Mereka tidak masuk dalam Jamkesmas, karena untuk menetap di satu tempat, mereka tidak bisa, harus pindah dan mencari rumah kos yang paling murah. Akhirnya, pemerintah tidak dapat sempat mendata keluarga ini.
Ayah Neneng, hanyalah seorang pemulung sesekali pula menjadi pengemudi becak sewaan. Dengan usaha inilah, mereka bisa bertahan hidup, dan dalam setahun harus nomanden mencari tempat untuk tetap bertahan.
Lilis mengaku, karena tidak masuk dalam program Jamkesmas, dirinya sudah berupaya ,mencari donatur untuk berbelas kasih kepada Neneng. “Kadang saya minta sama bapaknya Neneng, coba dekati teman-teman minta sumbangan. Saya juga pernah ke salah satu caleg. Caleg itu mau membantu dengan seadanya,” katanya.
Anus buatan dokter RSU Anutapura tersebut harus ganti 3 kali dalam sepekan. Dahulunya, saat pasca operasi, ia masih menggunakan kantong Kolosum, namun karena akhirnya tidak punya biaya, kantong kolosum yang hanrganya Rp 150 ribu per kantong ini, kini diganti dengan plastik gula.
Dengan derita ini, Lilis hanya bisa berharap, ada orang yang peduli dengan penderitaan putrinya. Sehingga anaknya merasakan hidup, bermain tampa dikucilkan, layaknya teman sebayanya. Sebab, tanpa ada uluran tangan dari orang lain sudah tidak mungkin untuk memeriksakan anaknya ke rumah sakit yang membutuhkan biaya sangat besar.

Tidak ada komentar:

TERIMAKASIH TELAH MEMBACA BLOG SAYA