SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA Kuli Tinta Ngeblog: Saatnya “Bintang Timur” Jadi Pahlawan

Jumat, 27 Maret 2009

Saatnya “Bintang Timur” Jadi Pahlawan

Sayyed Idrus bin Salim Aljufri atau yang lebih dikenal dengan sapaan Guru Tua, adalah sosok yang paripurna di jagad Indonesia Timur. Namanya harum membentang ke seluruh Indonesia hingga di luar kepulauan Nusantara ini.
Semangatnya besar, menebarkan Islam ke sudut-sudut daerah hingga ke daerah yang tak terjamak. Ia susuri wilayah-wilayah yang terjal dan beronak hanya untuk menjadikan umat beraqidah dan berilmu. Akhirnya, wilayah yang disusuri pun jauh sangat merasakan hasil perjuangannya.
Andai dirunut lebih jauh, tak terhitung jasa-jasanya, baik dalam penanaman prinsip kemasyarakatan maupun kebangsaan. Ia juga disebut sebagai Bintang Timur dari Indonesia. Olehnya, Muslim Indonesia timur sangat sulit melupakan perjuangan gigih dari seorang Guru Tua. Dia adalah Insiprasi, dia adalah semangat dan dia adalah pahlawan.
Kini perjuangannya akan dihargai setinggi-tingginya. Paling tidak dengan menajadikan dirinya sebagai Pahlawan dipandang dari pendekatan politik, atau Pahlawan Nasional. Jadi bukan lagi sudut pandang budaya, sejarah, atau dakwah.
Olehnya, telah banyak yang menghargai jasanya, puja-puji yang disebut oleh Birokrasi pemerintah setiap moment kealkhairatan bukan lagi omong kosong belaka. Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid misalnya, ia menghubungi langsung Menteri Kesejahteraan Sosial, Bachtiar Hamsyah untuk menjadikan Guru Tua sebagai Pahlawan.
Sementara, di Indonesia Timur, daerah pengorbanan Sayyed Idrus bin Salim Aljufri, disuarakan dengan Istiqamah oleh tokoh-tokoh Daerah. Gubernur misalnya, mengajukan surat rekomendasi, dengan Nomor: 464.1/238/Dinsos kepada Kementerian Kesejahteraan Sosial, 14 Juni 2008 lalu. Disusul rekomendasi dari Universitas Alkhairaat, dengan nomor surat: 206/0.14/UA/VI/2008.
Namun sebelum itu, 16 Juni 2008, perguruan tinggi terbesar di Sulteng, Universitas Tadulako juga turut merekomendasikan Sis Aljufri sebagai Pahlawan Nasional, dengan nomor surat, 2976/H28/LL/2008. Begitupun sebuah lembaga adat dari banggai, yang mengatasanamakan, Lembaga Musayawarah Adat Banggai, dengan pimpinan Muhammad Chair Amin juga mengajukan surat rekomendasi usulan pengukuhan Guru Tua sebagai Pahlawan Nasional. Disusul juga beberapa pernyataan dari berbagai kelompok di Sulteng.
Olehnya akhir tahun lalu, dilakukanlah seminar Pengenalan Profil Guru Tua, di Hotel Palu Golden. Seminar ini adalah merupakan salah satu pra syarat untuk merekomnedasikan seorang pahlwan Nasional. Mulailah darisitu pewacanaan kepahlwanan Guru Tua berkembang.
Pada akhir tahun lalu juga Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Sulwesi Tengah, Sutrisno Sembiring, mendatanhi Direktorat Jenderal Bina Kesejhateraan Sosial, untuk mengajukan perekomendasian Sulteng.
“Saya ketemu langsung dengan pak Gunawan, Dirjend Bina Kesejhateraan Sosial. Tapi kata beliau, Guru Tua masih terkendala pada status kewarganegaraan. Namun saya katakana kepada Pak Gunawan. Tokoh terdahulu yang dating ke Indonesia, berbeda dengan saat ini. Karena mereka merasa diri telah menjadi warga Negara ini. Itupun dahulu Indonesia belum menjadi nama Negara,” kata Sutrisno, Jum’at kemarin.
Sementara itu, Kepala Seksi Pelestarian Nilai Kepahlawanan dan Pemberdayaan Keluarga, Tahan Hj Abdul Djalil mengatakan, bahwa alasan Dirjend tersebut telah clear, kini status kewarganegraan Guru Tua tidak dipermasalahkan.
“Sebab Guru Tua adalah pejuang pendidikan dan dakwah yang ada sebelum kemerdekaaan,” kata Tahan kepada Media Alkhairaat, Jum’at kemarin di ruangannya.
Sementara untuk syarat seseorang untuk dijadikan Pahlawan kata Tahan, selain ia WNI, yaitu telah meninggal. Kemudian pengusulannya diajukan secara tertulis, dengan surat Gubernur Kepala Daerah selaku Ketua Bandan Pembina Pahlwan Daerah disertai Surat Rekomendasi Gubernur selaku ketua Badan Pembina Pahlawan Daerah, Mempunyai tanda penghargaan yang telah diberikan oleh pemerintah.
Selanjutnya, pendapat-pendapat dari orang terkemuka, tokoh masyarakat baik positif dan negative. Foto atau gambar yang menunjukkan tentang bukti-bukti perjuangan yang telah dilakukan. Kemudian riwayat hidup calon pahlwann dan riwayat perjuangan, serta keterangan-ketarangan lainnya.
Tahan mengatakan, saat ini pihaknya masih sementara mengumpulkan buku-buku tentang Tokoh Guru Tua. Dari hasil pengumpulannya masih dua buku yang berhasil didapatkannya, yaitu buku Modernis Pendidikan dan Dakwah di Tanah Kaili (1930-1969), tulisan HM Noor Sulaeman Pettalongi dan buku Sang Bintang dari Timur, Sayyed Idrus bin Salim Aljufri Sosok Ulama Sastra, oleh Dr H Achmad Bacchmid.
“Selain itu, salah satu penghargaan kepada guru sebagai Pahlwan pembanguna pendidikan, tokoh perintis kemerdekaan RI. Sang tokoh kedaulatan Alkhlakul Karimah dari Sulteng. Dari masyarakat Sulteng,” kata Tahan lagi.
Sedangkan untuk kriteria kepahlawanan nasional adalah, berkepribadian dan berakhlak baik serta tidak ternoda. Selanjutnya percaya diri sendiri, berani dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar. Ia juga mempunyai cita-cita tinggi untuk kemajuan bangsa, Negara rela berkorban untuk mewujudkan cita-cita itu.
Kriteria lainnya, melakukan dan memimpin perjuangan bersenjata, perjuanagn politik atau perjuangan bentuk lain untuk mencapai, mewujudkanm mempertahankan kemrdekaan dan persatuan bangsa. Kemudian melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang menujang pembangunan bansa dan Negara. Dan juga menghasilkan kraya mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat luas atau meninggikan martabat bangsa dan Negara. Olehnya pada kriteria-kriteria tadi, Sis Aljufri memenuhi untuk dijadikan pahlawan.
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nur Salaeman mengatakan, saatnyalah Habib Idrus bin Salim Aljufri dihargai jasanya oleh Negara ini. “Di Sulawesi ada beberapa tokoh local yang dikenal. Namun Guru Tua dikenal oleh masyarakat, karena ia cukup membantu dalam memperjuangkan pendidikan bangsa ini,” kata Nur Salaeman.
Namun walau demikian, kata Nur Sulaeman yang juga unsur Ketua PB Alkhairaat ini, namun Abnaulkhairaat tidak menaruh harap, akan tetapi sebagai bangsa yang menjujung tinggi nilai-nilai perjuangan maka sudah sepantasnya menjadikan Guru Tua sebagai Pahlawan. (nanang)

Tidak ada komentar:

TERIMAKASIH TELAH MEMBACA BLOG SAYA