SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA Kuli Tinta Ngeblog: Tamu Rakernas Alkhairaat Disambut Upacara Adat

Kamis, 12 Februari 2009

Tamu Rakernas Alkhairaat Disambut Upacara Adat


TERNATE - Pada saat Presiden RI dan Menteri, serta Gubernur Mauku Utara akan menginjakkan kakinya di Bumi Seki, bekas Pemerintahan Bacan, maka Presiden dan rombongan akan disambut dengan upacara Joko Kaha (menginjak tanah). Ini merupakan adat istiadat Kesultanan Moloku Kie Raha (Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan).
Panitia Seksi Acara Rakernas Alkhairaat, Daud Djubedi, melaporkan kepada saya, Kamis (12/2), dari Labuha, Bacan, Halmahera Selatan mengatakan, upacara ini sebagai simbol penghormatan dari Kesultanan Moloku Kie Raha, kepada tamu agung yang baru saja menginjakkan kakinya di Maluku Utara. Sementara itu, untuk menyambut tamu agung maka akan dihibur pula oleh Tari Cakalele (tari mengantar pasukan ke medan perang), dan Tari Soya Soya (tarian menyambut pasukan yang kembali dari medan perang).
Menurut keterangan, Cakalele merupakan tarian Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki dan perempuan. Para penari laki-laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah dan kuning tua.
Di kedua tangan penari menggenggam senjata parang (pedang) di sisi kanan dan salawaku (tameng) di sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna putih. Sedangkan penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam lenso (sapu tangan) di kedua tangannya.
Para penari Cakalele yang berpasangan ini, menari dengan diiringi musik tifa (beduk khas Maluku Utara), suling, dan bia (kerang besar) yang ditiup. Tari Cakalele disebut juga dengan tari kebesaran, karena digunakan untuk penyambutan para tamu agung seperti tokoh agama dan pejabat pemerintah yang berkunjung ke bumi Maluku.
Keistimewaan tarian Cakalele ini terletak pada tiga fungsi simbolnya. Pertama, Pakaian berwarna merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi Moloku Kie Raha, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang.
Kedua, pedang pada tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan. Dan ketiga, salawaku dan teriakan lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat.
Kemudian adapula tari Soya Soya. Tari ini yang terinspirasi dari peristiwa penyerangan pasukan Ternate saat mengambil jenazah Sultan Khairun, yang telah dibunuh secara keji oleh tentara Portugis di Benteng Kastela, Ternate Selatan. Namun, pada saat ini tari ini digunakan untuk menyambut tamu agung.
Selain itu, Presiden dan rombongan akan dihibur oleh para penari tari Sogal dan tari Dendang. “Tari ini merupakan tarian tradisional Maluku untuk menghibur Tamu Agung maupun masyarakat,” kata Daud.
Sementara itu, pada tarian-tarian itu, juga akan diiringi pula oleh 150 penari Rebana. Tari ini sebagai simbol kentalnya perpaduan Islam dalam kebudayaan Maluku Utara. Dalam acara ini akan didukung pula oleh Marching Band, Pemerintah Provinsi Malut. “Tari-tarian itu akan dilakukan pada saat Permulaan acara maupun puncak acara,” kata Daud lagi. (nanang)

Tidak ada komentar:

TERIMAKASIH TELAH MEMBACA BLOG SAYA