SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA Kuli Tinta Ngeblog: Ketua DPC PSI Donggala Diculik Madu

Sabtu, 30 Agustus 2008

Ketua DPC PSI Donggala Diculik Madu

Palu - Ketua DPC PSI Donggala Asryad Reza, mengaku diculik oleh tim Maulidin Labalo dan Abdurrahman Kasim (MADU). Arsyad mengatakan itu pada saat jumpa pers Senin Malam (18/8) di Sekretariat pemenangan calon Bupati Donggala Suardin Suebo dan Timudin Bouwo (Santun)yang beralamat di Jalan Mawar, Palu Timur.

Peristiwa itu berawal kata Arsyad, saat dia bersama Frengki Wawengkang, dan Ketua DPD Partai Merdeka Donggala, Asri Yahya mengendarai mobil dari Rumah Sakit Undata usai cek kesehatan sebagai persyaratan seorang calon legislatif, menuju Sekretariat Partai Pelopor di Jalan Zebra 4. Tibanya di sekretariat partai itu, ternyata kosong, akhirnya mereka memutuskan pergi sebentar ke rumah makan Losari Jalan Tadulako.

Setelah itu mereka kembali lagi ke Jalan Zebra, sekretariat Partai Pelopor. Dari sini mereka dibuntuti oleh tim Madu, sebelum memarkir mobil di sekretariat Partai Pelopor, mereka dihadang oleh Mobil Avanza. Dari mobil tersebut keluar 3 orang dan mendatangi mereka.

Tak tanggung-tanggung 3 orang preman tersebut langsung merangsek paksa Arsyad keluar dari mobil. Sehingga, kata arsyad, kakinya sampai terangkat tinggi di atas jok mobil. Kemudian ia dipaksa ke mobil para penculik tersebut. .

Sementara itu, Frengki diintimidasi akan di bunuh dan dicekik oleh para penculik ini. “Jangan macam-macam, kalau tidak kita akan bunuh kau,” kata Frengki meniru kata penculik itu.

Di dalam mobil para penculik, Arsyad mengaku melihat seseorang yang juga rekannya di PSI, yaitu Azan. Dugaan Arsyad, Azan merupakan salah satu penculiknya. Azan Cs membawa dirinya keliling terlebih dahulu, dan kemudian dibawah ke rumah Ma’ruf Andage, yang juga wakil ketua DPC PSI Donggala, di Jalan Tombolotutu, Lorong Kamboja No 7.

Ternyata di rumah tersebut telah menunggu Mauludin Labalo dan Juga Abdurrahan Kasim. Mauludin Labalo meminta Arsyad untuk segera menandatangani kertas bermaterai 2 lembar dan 2 kertas kosong.

“Saya disuruh menandatangani kertas bermaterai dua lembar, dan kertas kosong 4 lembar. Ketika saya tanyakan, kertas apa ini, Maulidin mengatakan, ‘tidak usah dibaca tanda tangan saja’,” Setelah mendatangani kertas kosong Abdurahman Kasim meminta Arsyad tidak memberitahukan kejadian ini kepada siapapun.

Abdurahman Kasim bahkan meminta kepada Arsyad agar masalah itu hanya sampai disitu saja dan tidak akan di permasalahkan,”kata Arsyad .(dok, 19 Agustus 2008)

Tidak ada komentar:

TERIMAKASIH TELAH MEMBACA BLOG SAYA